Terus Begadang Saja

Rabu, November 23, 2016



 
Sudah bertahun-tahun saya mengidap insomnia. Sekitar lima tahun lalu sejak lulus SMA dan pergi ke Pare. Di sana udara sangat panas dan kegiatan bebas. Tak ada bagian keamanan yang mengontrol jam tidur pukul sepuluh malam seperti di pondok dulu. Saya mulai terbiasa melek sendiri sampai jam dua atau adzan subuh. Tak ada yang melarang.
Akibatnya jelas, siang hari selalu mengantuk. Kantung mata melebar menjauhkan wajah dari kesan segar. Sejak masa kuliah teman satu jurusan kerap menegur wajah saya yang terlihat lesu tak bersemangat. Begitu kondisinya, ditambah pula asupan gizi yang kurang. Kalori mungkin tak pernah sampai 2000, angka ideal untuk bujang macam saya.
Insomnia diidap mayoritas mahasiswa. Mereka yang melek malam dan tidur pagi disebut normal berdasarkan pergaulan yang saya terima. Tak ayal warung kopi menjadi tempat begadang yang setia. Segelas kopi paling murah menjadi teman nongkrong tiap malam.
Makin lama insomnia makin parah. Saya bisa melek sampai siang hari atau sehari semalam tanpa tidur babar blas. Meski terhuyung saat berjalan dan kesulitan berkonsentrasi. Ya, sulit konsentrasi itu buat susah paham kalau baca buku filsafat. Juga sulit menghafal tanggal penting saat membaca buku sejarah. Akhirnya saya menyerah tidur pagi sampai siang untuk mengembalikan konsentrasi itu. Padahal mandi pagi lalu minum kopi di kampus pagi hari terasa sangat segar. Namun apa daya, saya memilih tidur saja melewatkan cahaya matahari setengah hari.
Sering terpikirkan untuk bisa hidup tanpa tidur. Ya, menghapus tidur dari kebutuhan mendasar bertahan hidup. Saya pikir akan sangat menyenangkan jika manusia bisa menemukan obat menghapus tidur. Manusia akan bisa memanfaatkan 24 jam untuk membaca buku atau bekerja. Delapan jam untuk tidur teramat menyita waktu produktif. Sudah bekerja delapan jam sehari, delapan jam lainya untuk mengurusi rumah tangga dan sisanya untuk tidur. Waktu melakukan sesuatu yang disukai sangat sedikit. Hingga keterasingan semakin nyata, utamanya bagi kelas bawah yang tak kenal liburan.
Bagaimana? Saya menunggu ilmuwan menemukan cara menghapus keharusan tidur. Saya ingin selalu terjaga mengamati dunia setiap waktu. Waktu tidur manusia abai tak memperhatikan apapun. Ia bisa terbunuh ditikam perampok atau tertimpa tembok kamar yang runtuh akibat gempa bumi.
Kelas pekerja kita semakin terasing dalam situasi neolib yang kejam. Orang-orang bekerja sepanjang waktu demi mempertahankan hidup. Tak ada pilihan lain jika ingin mempertahankan pendapatan selain meluangkan waktu sehari semalam. Padahala hasil yang didapat tak seberapa. Sebuah lagu berujar pergi pagi pulang pagi untuk cari rejeki. Sekilas namppak prihatin padahal bentuk ketertindasan dari sistem robotic ini. Kapan sempat menikmati hidup sebagai manusia di Negara merdeka.
Paling satu dua hari lebaran idul fitri yang bisa menghentikan roda produksi. Maka lebaran di Indonesia menjadi penting meski manusia semakin non religious. Karena lebaran satu-satunya yang bisa melawan rasio produksi yang tak kenal henti. Roda produksi capital berjalan dua puluh empat jam dengan tiga shift. Ribuan orang tersedot dalam pusaran kerja yang tak bikin kaya. Malang benar nasib manusia kita.
Jika kapitalisme tetap rakus, ciptakan tekhnologi medis untuk menanggulangi tidur yang tak produktif itu. Agar sisa waktu yang dimiliki pekerja tidak sekedar digunakan untuk beristirahat mengisi tenaga agar besok bisa kembali bekerja.
Saya ingin melanjutkan begadang saya sepanjang waktu sekaligus menghapus istilah insomnia dari kamus manusia. Terus melek sepanjang waktu agar keterasingan ini diimbangi delapan jam waktu menikmati hidup. Panjang umur manusia malam!

lainja

0 komentar

jang ngoeroesin ini blog

Rifai Asyhari, pemoeda tanggoeng jang tinggal di djogja. Siboek dengan kehidoepan jang membosanken, jaitu bangoen tidoer, batja boekoe, ngopi sampe larut malem laloe tidoer lagi. Namoen begitoelah kehidoepan jang dijakini Albert Camus, selaloe berpoetar dalam keteroelangan abadi.
Tjinta ilmoe pengetahoean, poenya rasa penasaran jang dalam, asik beladjar sampe lupa semester.